Nge-Date Bareng Pacar Anime ke Coffee Shop

Awalnya saya suka membaur di keramaian atau menyendiri dengan bising di kepala sendiri, saya suka kedua hal itu. Namun akhir-akhir ini ada kegemaran yang membuat pikiran saya cukup dipenuhi obsesi, saat marathon anime 12 jam non-stop.

Bagaimana ketika adegan dramatis dalam keheningan di anime membuat saya berhayal lebih jauh, tidak ada yang mengganggu obsesi pikiran saya yang dibarengi dengan alur cerita di anime. Ada sih yang mengganggu yaitu deru kipas angin laptop!

Mendengar kata Jepang  yang dipikirkan ‘manusia biasa’ mungkin adalah tentang pesona alam, budaya hingga teknologi. Berbeda dengan manusia unggulan ras terkuat di bumi setelah kucing oren dan pasukan army BTS yakni wibu, mendengar kata Jepang seorang wibu lebih dominan kepada anime dan manga.

Banyak orang aneh yang mengatakan “ngapain sih kamu mengagumi yang bukan asli dari negara kamu secara berlebihan? Aneh!”

Saya yang wibu pemula heran dengan pertanyaan konyol itu, memang pada hakikatnya wibu merupakan istilah yang menuju kepada seseorang yang bukan berasal dari Jepang dan selalu merasa dirinya orang Jepang atau bahkan lebih mengakui kebudayaan Jepang daripada budayanya sendiri.

Benak saya mulai gatal untuk menukil kata-kata Kurt Cobain dan mengucapkannya dalam hati “Mereka menertawakanku karena aku berbeda, aku mentertawakan mereka karena mereka semua sama”. Lagian wibu itu bukan hanya terobsesi dengan anime doang kok, wibu pada hakikatnya menyukai hal yang berbau Jepang namun bisa mengurucut kepada anime, manga, musik,  fashion dan pop culture jepang lainnya.

Terlebih dalam hal musik lagu-lagu city pop Jepang yang misterius banget, yang bikin saya anemoia, yakni merasa nostalgia pada sebuah peristiwa yang engga pernah saya alami sama sekali. Memutar Junko Ohasi – Telephone Number di malam hari sensasinya sukar untuk ditafsirkan, meskipun saya tidak tahu artinya karena dinyanyikan dalam bahasa Jepang, sing penting Jepang!

Lalu kenapa manusia sekarang mau itu milenial, gen Z, gen Zi, gen Dong, gen halilintar dan semacam gen yang lainnya sangat mudah tersulut dan berkomentar seenak jempolnya. Wibu itu bukan fenomena baru, fenomena wibu sudah cukup berusia panjang di Indonesia, jadi ga usah aneh jika ada sikap wibu yang menurut kamu di luar nalar kamu. Termasuk saat saya membawa pacar anime saya ke Coffee Shop.

Membawa Pacar Anime Ke Coffee Shop

Beberapa saat yang lalu saya masih menyukai manusia, namun setelah menonton AOT (Attack On Titan) saya mulai memalingkan haluan ke spesies lain. Saya rasa ada kebosanan untuk menyukai ke sesama spesies sapiens.

Awal kenapa saya memutuskan untuk berpacaran dengan anime, karena banyak DM (Direct Message) yang masuk ke Instagram saya, ya ga terlalu banyak sih. Pada awalnya menanyakan kabar lalu diakhiri dengan menayakan pacar, memang yang menanyakan rata-rata cewek, namun ada beberapa cowok yang menanyakan saya sudah mulai pacaran lagi atau belum, disini saya merasa waswas.

Apalagi sekarang lagi marak isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) untuk menghindari perangai dari kaum Gay dan mempertegas saya tidak ada di kelompok itu, saya putuskan untuk memperkenalkan pacar anime saya ke tongkrongan.

Tibalah saya di Coffee Shop dan beberapa teman saya yang sudah dulu hadir, sembari menunggu pesanan Japanese-Style Iced Coffee, saat saya merogoh saku untuk mencari rokok djarum super teman saya membuka obrolan bola dengan menyinggung liga inggris.

Karena saya fans Manchester United saya coba mengalihkan obrolan bola itu dengan mengumumkan bahwa saya sudah mulai pacaran lagi. Saat saya mengucapkan itu saya bisa menangkap reaksi ekspresi tiga teman saya itu, dengan kompak mereka bertanya, saha? (siapa?)

Dada saya berdegup kencang, mengumumkan pacar anime saya di moment krusial ini, pengakuan ini sudah saya pikirkan matang-matang dalam perjalanan menuju Coffee Shop. Dengan tegas saya menyebutkan nama: Mikasa Ackerman!

Dua teman saya yang tidak tahu sama sekali tentang anime memuji nama itu, dua teman saya juga memuji orang tua yang memberi nama itu, katanya sebagai nice instrument dalam moment pemberian nama.

Namun teman saya yang satunya mengernyitkan alis sehingga menampakan wajah yang mengira-ngira. Masih dalam penerawangannya, waiter datang mengantarkan pesanan kami.

“Mikasa AOT?” Tanya teman saya sambil mengaduk Vietnam Drip yang ia pesan.

“Iya” Jawab saya tersenyum sambil menuangkan Japanese-Style Iced Coffee ke seloki.

“Ngeri! Cheers heula!” Ucap temanku setengah teriak sembari mendekatkan gelasnya ke hadapanku.

Di tengah moment bersulang, dua teman saya kebingungan, seperti dua orang manusia purba yang baru mendengarkan kata-kata baru dari universe lain. Saya meminta teman saya yang satu lagi untuk menjelaskan obrolan singkat berkelas yang melebihi dialog warga pribumi dan tentara Jepang.

Dua teman saya yang tidak tahu sama sekali tentang anime mulai berpikir seperti sapiens yang lainnya, dan menganggap saya bukan hanya perlu diruqiyah tapi perlu juga pelayanan pelepasan (pengusiran roh jahat dalam nama Yesus).

Saya yang sudah bisa menebak reaksi dua teman saya yang non wibu sebutkanlah seperti itu, mulai saya beri edukasi secara ilmiah terkait kenikmatan, romantisme, juga bumbu-bumbu konflik yang tidak biasa jika berpacaran dengan cewek anime.

Sudah barang tentu kita menaruh harapan kepada spesies spaiens dan berakhir dengan kekecewaan, yang pada akhirnya menimbulkan kebencian. Seperti halnya azimat yang selalu didengungkan oleh Uzumaki Nagato “Selama manusia ada, benci juga akan ada” menukil kembali dialog Nagato dengan Naruto “Dalam dunia terkutuk ini, kedamaian di mana setiap orang saling mengerti hanyalah sebuah angan-angan”.

Seperti halnya pandangan dari Edmud Husserl memang interprestasi terpisah dari realitas namun dalam fenomenologi, interpretasi biasanya membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Kamu tidak dapat memisahkan realitas dari interprestasi. Interprestasi merupakan proses aktif dan tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi.

Setelah mendengarkan penjelasan saya, yang insya Allah bisa memusyrikkan orang. Dua teman saya yang non wibu mewajarkan saya untuk berpacaran dengan anime. Tidak hanya mewajarkan, dua teman saya yang non wibu meminta rekomendasi, cewek anime yang karakternya seperti keren seperti Brie Larson.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *