“Mereka menertawakanku karna aku berbeda, aku menertawakan mereka karna mereka semua sama.” – Kurt Cobain – (1967-1994)
Adalah benar jika kematian Kurt Cobain mempengaruhi banyak pemuda pada saat itu. Dari mulai pemuda idealis, sosialis, liberalis, sampai pemuda apatis pun terpengaruh oleh gaya hidup Kurt. Kecuali saya, karna pada saat itu saya belum lahir.
Tapi setelah mendalami kehidupan Kurt melalui kumpulan wawancaranya di jejaring Youtube ataupun dari buku Heavier Than Heaven (Charles R. Cross) dan beberapa film yaitu Montage Of Heck, About A Son, dan Soaked Bleach. Nalar lemah saya menyimpulkan bahwa sikap dalam menyikapi musik dan gaya hidup Kurt Cobain masih relevan di era sekarang.
Sayangnya tak semua searah dengan Kurt Cobain, karna ledakan digital yang sudah campur aduk rumet, random entah front musik apa yang layak untuk dijadikan kiblat. Ditambah semua gaya hidup terkotakan ada Vintage, Skena, Starboy, Starwars mungkin entalah. Jika boleh memilih outfit saya lebih suka outfit teteh-teteh Kahatex Cijerah.
Memang tahun 1990-2000 tahun emas untuk pemuda pada masanya, pengaruh Kurt Cobain sangat melekat. Dari mulai cara berpakaian, bermusik, berprilaku, sampai cara buang hajat. Bahkan sampai sekarang masih berpengaruh, termasuk saya masuk ke dalamnya.
“Lebih baik dibenci sebagai diriku sebenarnya, dari pada disukai untuk menjadi orang lain.” – Kurt Cobain – (1967-1994)
Kalimat pamungkas ini yang saya suka, Kurt mengajarkan kita untuk menjadi diri sendiri walaupun itu pahit dan menyakitkan. Memang tidak ada salahnya untuk menjadi oranglain, namun itu bukan diri kamu. Berkhayal memang gratis tapi kenyataan itu mahal.
Walaupun ada sisi negatif dari Kurt Cobain, tapi banyak sekali celah positif yang bisa kamu ambil. Jika kamu melihat beberapa tayangan wawancara Kurt atau selagi ia manggung, tentu kamu harus melihat itu secara detail.
Bagaimana Kurt menjadi manusia tanpa beban, merdeka dan sangat bodo amat. Maka dari itu kamu tak perlu rasanya menamatkan buku Mark Manson ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’ kamu hanya perlu mendengarkan lagu Nirvana-Breed.
Sayang Kurt Cobain kini sudah tiada, berbagai fan di seluruh dunia mungkin akan mengunjungi Seattle, AS, untuk mengenang 30 tahun kematian Kurt Cobain, namun disini saya akan sedikit berbeda dengan yang lain, entah sebuah mukjizat atau apa itu namanya yang menggambarkan peristiwa ajaib tepat di tanggal kematiannya saya berhasil memanggil arwah Kurt Cobain.
Peristiwa itu terjadi ketika saya dan ketiga teman saya, dua cowok (Bagas dan Unad) dan satu cewek (Riska) yang selalu bertingkah paradoks seperti Kurt Cobain, saya ajak untuk melakukan hal yang sangat mustahil yaitu memanggil arwah Kurt Cobain.
Seminggu sebelum pelaksanaan pemanggilan arwah Kurt Cobain, saya dan ketiga teman saya mencari sumber tentang cara memanggil arwah dan beberapa barang yang menjadi syarat untuk memancing arwah itu masuk kedalam tubuh seseorang. Juga pelatihan pemanggilan arwah yg dilakukan di lapangan bola tak terawat, di pinggiran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, Margaasih. Lokasinya agak jauh dari tempat permukiman penduduk, yang nantinya menjadi lokasi eksekusi kami.
Dihari pelaksanaan tepat pukul 00.00 WIB saya dan ketiga teman saya menuju lokasi eksekusi. Sambil menggenggam vodka murah oplosan, bagas menyuruh saya untuk membuat simbol pentagram dengan pilox hitam di tengah lapang rumput yang kering.
Agak ragu namun saya tetap menggambar simbol pentagram atau yang dikenal dengan Sigil of Baphomet, setelahnya Bagas menyuruh Riska untuk menaruh lilin disetiap ujung lancip simbol pentagram yang sudah saya buat, tanpa perlu diperintah oleh Bagas, Unad duduk di tengah simbol Sigil of Baphomet itu.
Dalam duduknya Unad terdiam lalu memejamkan mata sedikit mengernyit, Bagas yang sedari awal fokus berkomatkamit memandang saya dan Riska seraya memberi isyarat, apakah kamu siap? Saya yang sedaritadi tegang memberikan kode dengan mengangguk Riska mengikuti anggukan saya.
Bagas menghampiri Unad, membuka bajunya lalu mengguyurkan vodka murahnya kebagian wajah dan tubuh Unad tanpa henti berkomat kamit. Unad semakin mengernyit, Bagas semakin lancar membaca mantranya, saya dan Riska bersiap-siap menyambut Kurt dihadapan Unad.
Bagas menyilet jempol tangannya lalu mengusap darah itu ke punggung Unad dan memukul punggung Unad seraya berkomat-kamit tidak jelas. Saya yang mula-mula menganggap bahwa itu adalah lelucon, tiba-tiba dikagetkan dengan teriakan Unad. Aaaarrrrggggghhhttttttt!
Teriakan itu senada dengan lagu Nirvana- Endless, Nameless Died!!! Go to hell!!! Here I am!!!! Right here!!!!!!
Bagas mempersilahkan saya menanyai Unad yang sudah dirasuki arwah Kurt Cobain, inilah dialog saya dengan Kurt yang sudah diterjemahkan.
“hey, itukah kau Kurt Cobain?” tanya saya
“Arrrrrggghhhhttt, F*ck Off!” jawab Kurt.
Riska yang daritadi ketakutan meyakinkan saya bahwa benar dia Kurt Cobain, ditengah Riska meyakinkan saya, Kurt pun memandang Riska dengan lantang dan berkata.
“Bitch shut Up!” Kurt Berteriak keras sekali. Saya sampai sempat terhuyung disini.
“Kurt apa yang kau lakukan di alam lain?” saya lanjut bertanya
“hey, idiot. Tentu kami berpesta di Neraka sana”
“aku ingin tahu ini sejak lama, apakah kau dibunuh atau bunuh diri?” tanyaku mengalihkan jawaban ngaco Kurt.
Kurt berdiri, menatap langit pekat dengan tatapan kosong dan mengerikan, merintih berusaha menjawab.
“Itu tidak penting, biarkan orang-orang penasaran dengan kematianku, dan biarkan orang-orang yang punya peran dengan kematianku bertemu di Neraka, aku akan menunggunya!” Jawab Kurt dengan nada kesal.
“Siapa orang-orang itu Kurt?” Tanya saya
“Apakah jawabanku tidak jelas bodoh?! Sekarang tahun berapa?” tanya Kurt
“sekarang tahun 2024, apakah kau tidak rindu kepada anakmu, istrimu dan temanmu Krist Novoselic, Dave Grohl juga Pat Smear?” tanya saya.
“Aku selalu hadir disetiap orang-orang yang selalu menyanyikan laguku, dan aku sempat hadir saat anakku menyakikan laguku yang berjudul frances farmer will have her revenge on seattle” jawab Kurt.
“Lalu tentang Grohl yang membuat band Foo Fighters?” tanyaku.
“Grohl, f*ck dia selalu keren, dan….”
Kurt mulai lemah, ia tersungkur di rumput kering dan tak berdaya, namun masih memandang saya, Bagas dan Riska. Bagas memberi isyarat bahwa waktunya tinggal sebentar lagi.
“Kurt jika waktunya sebentar lagi, apa pesan untuk kita berempat dan fansmu di dunia?” tanya saya
“F*ck aku sudah tidak tahan lagi keluarkan aku, yang terpenting pesan untuk kalian semua para fans: PERSETAN DENGAN KALIAN SEMUA!!!!” jawab Kurt.
Lalu Kurt benar-benar pergi, Bagas menegaskan bahwa tidak akan bisa memanggilnya lagi. Ia segera menyadarkan Unad.
Saya masih belum puas dengan jawaban Kurt, saya edarkan pandangan ke sekeliling lapang. Saya melihat Bagas dan Riska asik ngobrol berbisik, sedangkan Unad Saya melihat dia seperti menggerutu. Saya juga tidak menyangka arwah Kurt Cobain lebih galak dari arwah noni-noni Belanda.
Selama saya hidup, ini adalah hal terindah bagaimana saya bisa berbincang hangat dengan pentolan Nirvana walau dengan suara yang sangat parau.
Terimaksih Kurt sudah sempat hadir untuk dialog yang amat super renyah, bahkan kalau saya memanggil arwah Friedrich Nietzsche dan Kim Il Sung, saya yakin tidak akan se-renyah dialog denganmu.