Dari hasil kontemplasi yang saya lakukan di WC dalam boker semalam, saya menyimpulkan bahwa wanita yang hamil setelah pernikahan selalu bahagia tapi kurang tegar. Sedangkan wanita yang hamil di luar pernikahan selalu panik tapi tegar. “Ayah kita kemana nak?”
Sebuah kehamilan pasti melewati berbagai fase. Dalam fase ketika sudah memasuki kandungan tua, biasanya si wanita yang hamil secara mainstream (ada Ayahnya) akan berada dalam kondisi manja tingkat tinggi dimana ia akan bilang: “Ayah.. Bunda ngidam pengen ketemu alm. Diego Maradona.” Atau sifat ngidam dalam bentuk makanan yang susah dicari.
Namun, sungguh menderita bagi wanita yang hamil di luar nikah. Mau bermanja-manja mana mungkin bisa. Bermanja sedikit akan ketahuan lagi ngidam, lagian mau manja sama siapa juga coba?
Mereka harus pintar-pintar menyembunyikan segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, mulai dari mual sampai gerakan tubuh harus seminimalis mungkin. Jika tidak, kehamilan akan berbuah kemurkaan.
Nah, di fase kelahiran, biasanya wanita yang mengandung secara ‘sah’ dalam hal ini resmi menikah, kebanyakan mengalami kesulitan dan kepayahan saat mengandung dan melahirkan anak.
Kerap kali ia berharap lebih dari kemanjaannya, sebagai orang dalam posisi penting di sebuah keluarga besar, memunculkan satu takdir dalam lubang gelap berbulu nan manja seorang penerus keluarga, yakni jabang bayi.
Meminta suami bolos kerja untuk menemani proses persalinan. Bahkan dua hari sebelum prosesi kelahiran, biasanya mereka sudah stay di Rumah Sakit. Baju-baju bayi sudah dibeli lengkap, tak lupa keranjang bayi yang super unik bahkan ada yang sampai menghadiahi voucher game online, mungkin jabang bayi di proyeksikan untuk menjadi atlet E-Sport.
Tak lupa pampers disiapkan dengan baik demi menjaga stabilitas kebersihan tempat tidur si calon bayi. Merepotkan sekali menurut saya yang belum ada keinginan untuk kawin secara sah.
Berbeda dengan yang hamil di luar nikah, mereka tidak pernah mengalami hal-hal yang menyulitkan diri sendiri sebagaimana wanita lain yang hamil melalui jalur yang sah. Mau melahirkan ya melahirkan saja. Tidak perlu repot harus siap ini-itu.
Wanita hamil diluar nikah begitu mudah melakukan prosesi melahirkan kandungan tanpa bantuan bidan atau siapapun. Ia bisa melahirkan dimana saja, di toilet, di lapang baseball, di mobil, di sawah, di kontrakan dan di tempat lainnya yang minim peralatan dan bantuan medis.
Di fase ketika bayi sudah keluar, bagi yang hamilnya sah mempunyai buku nikah sungguh menjadi kebahagiaan tiada tara yang patut dirayakan dengan menyembelih hewan aqiqah sebagai tanda bakti kepada Tuhan. Bayi disambut dengan jutaan senyum mengembang dari keluarga besar.
Semua orang yang merasa mempunyai ikatan batin sehingga ingin memeluknya, menggendongnya bahkan memilikinya. Mereka begitu antusias menyambut anggota baru dari kekokohan keluarga besarnya.
Sulit dibayangkan untuk wanita hamil di luar nikah. Bayi yang keluar dari rahim seperti menyalahi takdir. Ia keluar dengan terpaksa dan hanya disambut oleh tangisan sendu dari ibunya seorang diri. Tak ada keluarga besar. Tak ada tempat istimewa juga tak ada senyuman.
Yang ada hanyalah memori dosa dan pria bejat tak bertanggungjawab mengawang-ngawang dalam pikirannya. Malang memang. Tapi itulah yang ia pilih. Betapa hebatnya wanita yang hamil di luar nikah. Secara susila mereka bejat, banal dan nakal. Namun, jika kita lihat dari segi ketegaran, wanita yang hamil di luar nikah jelas lebih luarbiasa daripada wanita yang hamil secara sah.
Ketegaran yang mungkin hanya bisa dilakukan olehnya. Tentang pengasingan dari masyarakat, beratnya membawa kandungan, beban dosa-dosa maksiat dan penyesalan memilih pria tak bertanggungjawab dengan minim skill yang mengakibatkan telat ngangkat. Cih, taunya kentu doang!
Saya kira semacho apapun seorang pria, ia takan mungkin sanggup bila menjadi wanita yang hamil di luar nikah. Sekalipun itu perokok Gudang Garam Filter dengan slogan pria punya selera miliknya, tetap tidak akan sanggup untuk menjadi seorang wanita dengan beban berat hamil diluar nikah. Kalo perokok Djarum Super boleh diperhitungkan. Memang, yang halal suka lebay, yang haram sungguh tegar.
Jika itu adalah jalannya, Tuhan sedang memberikan hidayah dan memberikan kesempatan untuk mereka segera hendak bertobat dan membesarkan anaknya. Hamil di luar nikah mungkin dosa, tapi akan lebih berdosa lagi jika membunuh bayi yang ada dalam kandungan.
Urus dengan baik bayi yang ada dalam kandungan meskipun itu diluar nikah tetap seorang bayi layak dibesarkan dan disekolahkan. Mungkin itulah cara Tuhan untuk mengampuni dosa maksiat yang telah lalu.
Karena itu, bagi mamah muda yang hamil serta belum tahu ayah kandungannnya atau ayahnya ga mau bertanggungjawab, jangan risau dan frustasi lalu membuang darah daging sendiri.
Saya tidak mengkampanyekan untuk hamil di luar nikah. Saya hanya memberikan pandangan yang sedikit berbeda bahwa hamil di luar nikah bukanlah bagian dari tanda-tanda Naruto akan mati. Karena itu, bagi yang sudah terlanjur, ubahlah haluan hidup, berbenah diri dan segera bertobat.
Musuhilah setan dan berbakti kepada Tuhan – Bencilah Liverpool dan dukung Manchester United!