Seorang Wibu Mencoba Mematahkan Stigma Wibu Bau Bawang

“Si Wibu bau bawang, si wibu bau bawang.” Itulah istilah yang sering kali dilontarkan para pengumpat 2D kepada homo sapiens yang kecanduan terhadap jejepangan seperti anime, manga atau mungkin j*vhd bila termasuk.

Di kalangan kaum normies pada awal abad ke-21 banyak yang menganggap bahwa kata wibu dipertuntukan bagi orang yang menyukai Pop Culture Jepang yang terdiri dari anime dan manga yang sangat fanatik sampai ke urat syaraf dan neuron penyusun otaknya.

Juga, dalam istilah otaku digunakan untuk menyebut orang yang hanya sekedar menyukai anime atau manga dengan sewajarnya tanpa menirukan segala kebiasaan yang ada di  dalam anime atau manga tersebut.

Istilah wibu atau weeaboo, sebenarnya ditujukan kepada seseorang yang sangat terobsesi oleh pop culture Jepang dan merasa dirinya sedang tinggal di jepang, padahal aslinya tinggal di Indonesia, atau daerah luar lainnya. Singkatnya, istilah wibu diperuntukkan bagi orang  di luar teritorial negara Jepang.

Berbeda denga weeaboo, pengertian otaku sesungguhnya digunakan untuk menyebut orang-orang jepang yang benar-benar menekuni dan sangat terobsesi dengan hobi yang digelutinya.

Istilah wibu bau bawang sendiri pertama kali dipopulerkan oleh makhluk bertulang belakang, pemakan jembut dan jauh dari Tuhan yang berhabitat di suatu platform ternama. Kamu bisa tebak saja sendiri.

Kalimat wibu bau bawang ini berkonotasi negatif yang bertujuan untuk menghina, mencemooh atau menertawakan para pecinta jejepangan.

Kata bau bawang tersebut merujuk pada aroma tubuh dari seorang wibu yang suka maraton sebuah serial anime sampe lupa mandi dan tidak gosok gigi pake kodomo kodomo teman baikku.

Adapula yang berpendapat bahwa, istilah wibu muncul karena para wibu yang suka datang ke event jejepangan sering terpapar sinar matahari dan berkeringat gak pake rexona. Sehingga aroma tubuhnya sungguh sangat tidak sedap.

Kalau merujuk pada hal tersebut, rasanya kurang tepat wibu disebut  bau bawang karena aing rasa lebih ke bau knalpot rx-king yang gak ganti oli6 tahun.

Namun pada sejatinya tidak semua wibu bau bawang kok, masih banyak para wibu yang gak lupa mandi walaupun maraton 947 episode one piece (anime yang episodenya kaya tukang bubur naik haji) penuh lika-liku dan tidak beres-beres.

Temanku seorang wibu, walaupun dia pas mau makan malah ngucapin “itadakimasu” bukan “Allohumma bariklana…” tapi dia ga bau bawang loh karena dia rajin mandi dan make parfum black musk, dia wibu tapi wangi.

Bibiku malahan gak suka anime gak suka juga nonton drama korea sukanya nonton dangdut academy di indosiar tapi malah bau bawang, karena sering bikin sambel Ayam Geprek Sambel Bawang.

Kalau masalah utama bau bawangnya dari maraton anime, gak sedikit juga pecinta Drakor (drama korea) yang jarang mandi gara-gara menamatkan berbagai macam judul K-Drama. Kenapa tidak ada istilah pecinta drakor bau tumila atau bau Tai?

Bahkan pecinta K-Drama, menamatkan satu season dalam satu hentakan tarikan nafas. Penyuka K-Drama yang notabenenya kaum hawa, itu mempunyai istilah maraton dengan in one sitting. Crazy oraaa?

Apalagi para cewek kan rambutnya panjang, lupa keramas, banyak berkhayal, melamun berjamjam dan kadang mencari figur yang se-level dengan aktor korea. Jadi kasian pacarnya.

Crazy Oraa?!   

Buat para cowok kalo punya pacar seperti itu hibahkan saja ke teman saya.

Jadi, kita sebagai orang awam gausah lah menghakimi wibu bau bawang karena mungkin saja kita juga suatu saat suka anime atau manga atau mungkin nanti WHO menetapkan wibu sebagai virus dan ada masa pandemi virus wibu terus kita tertular.

JIKA PECINTA ANIME BAU BAWANG SAYA SEPAKAT BAHWA PECINTA K-DRAMA BAU TAI.

Maka dari itu JANGAN TOLAK JENAZAH WIBU!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *